JARINGAN DASAR HEWAN
Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan.
PENDAHULUAN
Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai
struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan
mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Sebagai contoh, otot-otot jantung yang
bercabang menghubungkan sel-jantung yang lainnya. Percabangan tersebut membantu
kontraksi sel-sel dalam satu koordinasi (Campbell et al. 1999). Ilmu yang mempelajari
jaringan disebut histologi. Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus
dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan
(jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi
(jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar
dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya. Padasaat
perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses
yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu jaringan epitel,
jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.
1. Jaringan Epithelium
Jaringan epitel terdiri atas satu atau banyak lapis sel, yang menutupi permukaan
dalam dan luar suatu organ. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm,
mesoderm atau endoderm. Di bagian tubuh luar, epitel ini membentuk lapisan pelindung,
sedangkan pada bagian dalam tubuh, jaringan epitel terdapat disepanjang sisi organ.
Jaringan epitel dibedakan berdasarkan bentuk dan jumlah lapisan sel penyusunnya, yaitu
(1) epithelium satu lapis (simple epithelium). Epithel ini terdiri atas sel-sel berbentuk
pipih, kubus, dan silindris (batang). Epithelium pipih selapis ditemukan antara lain pada
lapisan endotel pembuluh darah. Epithelium bentuk kubus ditemukan pada kelenjar
tyroid dan pembuluh darah. Epithel berbentuk silindris (batang) ditemukan pada lambung
dan usus. (2) Epithelium berlapis banyak (stratified epithelium) yang dibentuk oleh
beberapa lapis sel yang berbentuk pipih, kuboid, atau silindris. Epithelium ini dapat
ditemukan pada kulit, kelenjar keringat, dan uretra. Beberapa lapisan pada epitheliun ini
dapat berubah menjadi sel-sel yang memanjang dan disebut epithelium transisional.
Epitel transisional ditemukan pada kandung kemih (vesica urinaria). Disamping itu,
terdapat epithelium berlapis banyak semu (pseudostratified epithelium) yang ditemukan
pada trakea.
Epitel pipih berlapis, seperti yang terdapat di pemukaan kulit kita, mampu
melakukan mitosis dengan cepat. Sel-sel baru hasil mitosis menggantikan sel-sel
permukaan yang mati. Epitel ini juga sebagai pelindung oragan terhadap abrasi oleh
makanan yang kasar, seperti yang ditemukan pada esofagus. Sebaliknya, epitelium pipih
selapis berukuran tipis dan lemah, yang cocok untuk pertukaran material dengan cara
difusi. Epitel ini ditemukan pada dinding kapiler darah dan alveoli paru-paru (Campbell
et al. 1999).
2. Jaringan Ikat
Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel-sel dalam jumlah
sedikit. Jaringan ikat terdiri atas populasi sel yang tersebar di dalam matrik ekstraseluler.
Secara embriologi, jaringan ikat berasal dari lapisan mesoderm. Se-sel tersebut
mensistesis matriks, dengan anyaman serat yang tertanam di dalamnya (Campbell et al.
1999). Jaringan ikat ini dapat dibedakan menjadi (1) jaringan ikat longgar dan (2)
jaringan ikat padat, (3) jaringan lemak, (4) jaringan darah, (5) kartilago, dan (6) tulang.
Diantara enam tipe jaringan ikat, jaringan ikat longgar paling banyak ditemukan di
dalam tubuh kita. Di dalam matriks jaringan ikat longgar ini hanya sedikit ditemukan
serabut. Serabut penyusun jaringan ikat ini berupa kolagen. Fungsi utama jaringan ikat
longgar adalah pengikat dan pengepak material, dan sebagai tumbuhan bagi jaringan dan
organ lainnya. Jaringan ikat longgar di kulit membatasi dengan otot (Campbell et al.
1999).
Jaringan ikat padat/fibrous mempunyai matriks yang banyak mengandung serabut
kolagen. Jaringan ini membentuk tendon sebagai tempat perlekatan otot dengan tulang,
dan ligamen sebagai tempat persendian tulang dengan tulang (Campbell et al. 1999).
Jaringan lemak mengandung sel-sel lemak. Jaringan ini digunakan sebagai bantalan,
dan melindungi tubuh, serta sebagai penyimpan energi. Setiap sel lemak, mengandung
tetes lemak yang besar. Didalam jaringan lemak, matriks relatif sedikt (Campbell et al.
1999).
Darah adalah jaringan ikat yang tersusun sebagian besar cairan. Matriks darah
disebut plasma, yang tersusun oleh air, garam mineral, dan protein terlarut. Sel darah
merah dan putih tersuspensi di dalam plasma. Darah ini berfungsi utama dalam transpor
substansi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Disamping itu, darah juga berperan dalam
sistem kekebalan (Campbell et al. 1999).
Kartilago adalah jaringan ikat yang membentuk material rangka yang fleksibel dan
kuat, terdiri atas serabut kolgen yang tertanam di dalam matriks. Kartilago banyak
ditemukan pada bagian ujung tulang keras, hidung, telinga, dan vertebrae (ruas-ruas
tulang belakang) (Campbell et al. 1999).
Tulang keras (bone) merupakan jaringan ikat yang kaku, keras, dengan serabut
kolagen yang tertanam di dalam matriks (Campbell et al. 1999). Didalam matriks sel
tulang terdapat kalsium yang dapat bergerak dan diserap oleh darah. Hal ini merupakan
peran penting tulang dalam proses homeostasis kadar kalsium dalam darah. Sel tulang
(osteosit) terdapat di dalam ruang yang disebut lakuna. Lakuna ini mengandung satu atau
beberapa osteosit. Penjuluran yang keluar dari osteosit disebut kanalikuli. Kanalikuli dari
satu sel berhubungan dengan sel lainnya, sebagai bentuk komunikasi sel. Satu osteon
terdiri dari sejumlah lamela konsentris yang mengelilingi kanal sentral (kanalis Haversi).
Pada individu yang masih hidup, kanal sentral ini berisi pembuluh darah.
3. Jaringan Otot
Secara embriologi, jaringan otot berasal dari lapisan mesoderm. Jaringan ini terdiri
atas sel-sel yang memanjang atau berbentuk serabut yang dapat berkontraksi karena
adanya molekul miofibril. Pada vertebrata, secara tipikal mempunyai tiga jenis otot, yaitu
otot skelet (rangka), otot jantung (cardiac), dan otot polos (Campbell et al. 1999).
Otot skelet berstruktur bergaris melintang, berfungsi untuk menggerakkan rangka.
Otot ini bersifat sadar (voluntary), karena mampu diatur oleh kemauan kita. Serabut
ototnya mempunyai banyak nukleus yang terletak ditepi. Otot rangka mempunyai garis
melintang yang gelap (pita anisotrop) dan garis terang (pita isotrop).
Otot jantung merupakan otot bergaris melintang dan bercabang. Sifat otot ini tidak
sadar (involuntary), karena kontraksinya tidak bisa diatur oleh kemauan kita. Nukleus
terletak ditengah sel. Pada bagian ujung sel, terdapat sambungan rapat, yang membentuk
struktur pembawa sinyal untuk kontraksi dari satu sel ke sel lainnya selama denyut
jantung (Campbell et al. 1999).
Otot polos berbentuk seperti spindle. Kontraksi otot polos lebih lambat
dinbbandingkan otot skelet, namun mereka mampu kontraksi dalam waktu lebih lama.
Otot polos bersifat tidak sadar (involuntary), seperti otot jantung. Otot polos ditemukan
pada banyak organ tubuh, diantaranya terdapat pada dinding pembuluh darah dan
melapisi organ dalam seperti usus dan uterus. Membran plasmanya disebut sarkolema
dan sitoplasmanya sering disebut sarkoplasma. Sitoplasma yang mengandung miofibril
dengan ketebalan mencapai 1 mikron.
4. Jaringan Saraf
Jaringan saraf berperan dalam penerimaan rangsang dan penyampaian rangsang.
Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm. Jaringan ini terdapat pada
sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan pada sistim saraf tepi. Ada dua
macam sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel pendukung (sel glia). Neuron mengandung
badan sel, nukleus, dan penjuluran atau serabut. Satu tipe penjuluran tersebut adalah
dendrit, yang berperan dalam menerima sinyal dari sel lain dan meneruskannya ke badan
sel. Tipe penjuluran sel saraf yang lain, disebut akson (neurit), yang berperan dalam
meneruskan sinyal dari badan sel ke neuron lainnya. Beberapa akson berukuran sangat
panjang, yaitu memanjang dari otak sampai ke bagian bawah abdomen (panjang 1/2
meter atau lebih). Transmisi sinyal dari neuron ke neuron lainnya umumnya dilakukan
secara kimia. Selain neuron, ditemukan juga sel pendukung, seperti sel glia. Sel glia
merupakan sel yang menunjang dan melindungi neuron. Sel-sel pendukung umumnya
berperan dalam melindungi dan membungkus akson dan dendrit, sehingga membantu
mempercepat transmisi sinyal (Campbell et al. 1999).
ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan :
1. Mikroskop cahaya
2. Preparat awetan epitelium pipih, kubus, dan kolumner selapis.
3. Preparat awetan jaringan ikat.
4. Preparat awetan otot polos, skelet, dan jantung.
5. Preparat awetan jaringan saraf.
CARA KERJA
Preparat Epitelium.
1. Mintalah preparat epitelium pipih, kubus, dan kolumner selapis pada asisten anda dan
dengan menggunakan mikroskop, amati preparat dengan perbesaran lemah (10X10),
kemudian dengan perbesaran kuat (10X40).
2. Gambar hasil pengamatan anda baik dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
Dengan perbesaran kuat, amati setiap tipe epitelium : bentuk sel, jumlah inti, letak
inti, dan ciri morfologi lainnya. Lengkapi gambar anda dengan keterangan.
Preparat Tulang Padat.
1. Mintalah preparat tulang padat pada asisten anda dan dengan menggunakan
mikroskop, amati preparat dengan perbesaran lemah (10X10), kemudian dengan
perbesaran kuat (10X40).
2. Gambar hasil pengamatan anda baik dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
Dengan perbesaran kuat, amati satu buah sistem osteon, yang terdiri atas lakuna,
kanal sentral, lamela tulang, kanalikuli, dan kanalis Haversi. Lengkapi gambar anda
dengan keterangan.
Preparat Otot Polos.
1. Mintalah preparat otot polos pada asisten anda dan dengan menggunakan mikroskop,
amati preparat dengan perbesaran lemah (10X10), kemudian dengan perbesaran kuat
(10X40).
2. Gambar hasil pengamatan anda dan beri keterangan selengkapnya.
Preparat Otot Skelet.
1. Mintalah preparat otot skelet pada asisten anda dan dengan menggunakan mikroskop,
amati preparat dengan perbesaran lemah (10X10 ), kemudian dengan perbesaran kuat
(10X40).
2. Amati preparat otot serat melintang irisan membujur dan irisan melintang, dengan
menggunakan perbesaran kuat tentang bentuk sel yang berupa serabut dan adanya
inti, garis gelap (anisotrop) dan garis terang (isotrop). Dimanakah letak intinya?
3. Gambar preparat anda dan beri keterangan selengkapnya.
Preparat Otot Jantung.
1. Mintalah preparat otot jantung pada asisten anda dan dengan menggunakan mikroskop,
amati preparat dengan perbesaran lemah (10X10 ), kemudian dengan perbesaran kuat
(10X40).
2. Amati preparat anda dengan menggunakan perbesaran lemah dan kuat dan bandingkan
dengan preparat otot rangka.
3. Gambar preparat anda dan beri keterangan selengkapnya.
Preparat Jaringan Saraf.
1. Mintalah jaringan saraf pada asisten anda dan dengan menggunakan mikroskop, amati
preparat dengan perbesaran lemah (10X10), kemudian dengan perbesaran kuat
(10X40).
2. Gambar hasil pengamatan anda baik dengan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.
Dengan perbesaran kuat, amati satu neuron : badan sel, inti, akson, dan dendrit.
Lengkapi gambar anda dengan keterangan.